Selamat datang di Blog saya yang sederhana ini... berusahalah mencari dunia namun jangan melupakan yang menciptakan Dunia...

Kamis, 18 Oktober 2012

. Kamis, 18 Oktober 2012
0 komentar

SAID BIN AMIR (Pemilik Kebesaran Dibalik Kesederhanaan) Siapakah di antara kita yang mengenal nama Said bin Amir atau pernah mendengarnya sebelum ini? Kemungkinan besar banyak di antara kita yang mendengarnya walaupun tidak semuanya. Saya yakin bahwa kalian semua pasti menunggu dan bertanya-tanya, siapakah kiranya Said bin Amir ini? Beliau adalah salah seorang sahabat Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam yang utama, walaupun namanya tidak seharum nama mereka yang terkenal. Ia adalah salah seorang yang bertakwa dan tidak menonjolkan diri. Mungkin ada baiknya kita kemukakan di sini bahwa ia tidak pernah absen dalam semua perjuangan dan jihad yang dihadapi Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam. Tetapi itu telah menjadi pola dasar kehidupan semua orang Islam. Tidak selayaknya bagi orang yang beriman akan tinggal berpangku tangan dan tidak turut mengambil bagian dalam apa saja yang dilakukan Nabi Sholallohu 'Alaihi Wassalam baik saat damai maupun dalam suasana perang. Said memeluk agama Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Sejak ia memeluk Islam dan berbaiat kepada Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam, seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita-citanya dibaktikan untuk kepentingan Islam dan Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam. Ketaatan, kezuhudan, kesalehan, keluhuran, ketinggian, serta segala sifat dan tabiat utama, sangat lekat pada diri manusia suci dan baik ini. Dan ketika kita berusaha menemui dan menjejaki kebesarannya hendaklah kita bersikap hati-hati dan waspada, agar kita tidak terlena oleh godaan pikiran yang selalu tertuju pada kemegahan, sehingga banyak hal penting yang justru terabaikan dan lepas dari pantauan, karena ketika pandangan kita tertuju pada Said dalam kumpulan orang banyak tidak tampak suatu keistimewaan yang akan memikat dan mengundang perhatian kita. Mata kita akan melihat dia sebagai salah seorang anggota tentara dengan tubuh berdebu dan berambut kusut, baik pakaian maupun bentuk lahirnya tidak sedikitpun berbeda dengan golongan miskin lainnya dari kaum muslimin. Seandainya yang kita jadikan ukuran itu pakaian dan tampilan luar, kita tidak akan menemukan petunjuk yang akan menyatakan siapa sebenarnya Said. Kebesaran tokoh ini lebih banyak yang tersembunyi dan berada di dalam daripada yang tersembul di permukaan luar yang kemilau. Kebesaran itu jauh tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya. Apakah anda sekalian tahu tentang mutiara yang terpelihara di dalam perut kerang? Nah, keadannya boleh diibaratkan seperti itu. Ketika Amirul Mukminin Umar bin Al Khatthab memberhentikan Mu'awiyyah dari jabatannya sebagai Kepala Daerah di Syiria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Cara yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya merupakan suatu cara yang mengandung kehati-hatian, ketelitian, dan pemikiran yang matang. Sebab, ia yakin bahwa kesalahan apapun yang dilakukan oleh setiap Penguasa di tempat yang jauh sekalipun maka yang ditanya oleh Alloh ialah 2 orang: pertama, Umar, dan yang kedua, penguasa baru yang melakukan kesalahan itu. Oleh sebab itu, syarat-syarat yang dipergunakan untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintah sangat berat dan ketat, serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna setajam penglihatan dan setembus pandangannya. Syiria ketika itu merupakan wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan di sana sebelum datangnya Islam, mengikuti peradaban yang silih berganti, di samping merupakan pusat perdagangan yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang. Beberapa poin inilah yang menjadikan Syiria sebagai negeri yang penuh godaan dan rangsangan. Menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan oleh setan manapun, seorang ahli zuhud yang gemar beribadah, yang tunduk dan patuh kepada Alloh. Tiba-tiba Umar berseru, “Aku telah menemukannya. Bawalah ke sini Said bin Amir!”. Tak lama kemudian, Said pun datang menjumpai Amirul Mukminin yang menawarkan jabatan sebagai Walikota Homs, Suriah. Tetapi Said menyatakan keberatan dan berkata, “Janganlah engkau menjerumuskan diriku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin!”. Dengan nada keras Umar menjawab, “Tidak, demi Alloh, aku tidak akan membiarkanmu menolak. Apakah kalian hendak membebankan amanah dan Khilafah di atas pundakku lalu kalian meninggalkan diriku begitu saja?”. Dalam sekejap Said dapat diyakinkan. Memang, kata-kata yang diucapkan Umar pantas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan itu. Sungguh, suatu hal yang tidak adil bila mereka mengalungkan amanah dan jabatan Khalifah ke lehernya, lalu mereka meninggalkan dirinya memikul tugas itu sendirian. Seandainya seorang seperti Said bin Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hokum, siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang sangat berat itu? Akhirnya Said berangkat ke Homs disertai oleh istrinya yang waktu itu masih pengantin baru. Istrinya sejak belia memang terlihat sebagai seorang wanita yang sangat cantik berseri-seri. Umar membekali mereka dengan bekal yang cukup. Ketika kedudukan di Homs telah mapan, sang istri bermaksud menggunakan haknya sebagai istri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Ia mengusulkan kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumah tangga, lalu menyimpan sisanya. Namun, Said menjawab, “Maukah kamu aku tunjukkan yang lebih baik daripada rencanamu itu? Kita berada di suatu negeri yang sangat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan mengembangkannya.” “Bagaimana jika perdagangannya rugi?” Tanya istrinya. “Aku akan menetapkan jaminan atas dirinya” “Baiklah kalau begitu” Kemudian Said pergi keluar, lalu membeli beberapa keperluan hidup dari jenis yang sangat bersahaja dan sisanya tentu masih banyak, dibagi-bagikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Hari-hari pun berlalu, dari waktu ke waktu istri Said selalu menanyakan kepada suaminya soal perdagangan mereka dan kapan keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Said bahwa perdagangan mereka berjalan lancer, sedangkan keuntungan bertambah banyak dan kian meningkat. Suatu hari, istrinya kembali mengajukan pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Said pun tersenyum lalu tertawa yang menyebabkan timbulnya keraguan dan kecurigaan sang istri. Ia mendesak suaminya agar menceritakannya secara terus terang. Akhirnya, sang suami menuturkan kepadanya bahwa harta itu telah disedekahkannya sejak awal. Wanita tupun menangis, ia menyesal karena harta itu lenyap tanpa arti dan tidak jadi dibelikan keperluan hidup dirinya dan sekarang tidak sedikitpun yang tersisa. Said memandangi istrinya, sementara air mata penyesalan dan kesedihan telah menambah kecantikan dan kemolekannya. Sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi dirinya yang lemah. Said mengalihkan penglihatan batinnya ke surga, maka tampaklah di sana rekan-rekannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu berkata, “Aku mempunyai rekan-rekan yang telah lebih dulu menemui Alloh dan saya tidak ingin menyimpang dari jalan mereka, walau ditebus dengan dunia dan segala isinya.” Karena ia takut akan tergoda oleh kecantikan istrinya itu, ia pun menyampaikan kata-kata yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama istrinya. “Bukankah kamu tahu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jeli, hingga andai seorang saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan?... Maka mengorbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengorbankan mereka demi karena dirimu.” Ia mengakhiri ucapan itu dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah sebagaimana ia berbicara sejak awal. Istrinya diam dan sadar bahwa tidak ada yang lebih utama baginya daripada meniti jalan kebahagiaan untuk akhirat. Akhirnya ia berupaya mencontoh sifat zuhud dan ketakwaan suaminya. Pada saat itu Homs digambarkan sebagai Kuffah kedua. Hal itu disebabkan sering terjadinya pembangkangan dan kedurhakaan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Dan karena kota Kuffah dianggap sebagai pelopor Islam soal pembangkangan ini, Homs diberi julukan sebagai Kuffah kedua. Tetapi, bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs ini menentang pemimpin-pemimpin mereka sebagaimana yang kita sebutkan itu, namun terhadap hamba yang shalih ini yakni Said, hati mereka dibukakan Alloh, hingga mereka cinta dan taat kepadanya. Suatu hari Umar menyampaikan berita kepada Said, “Orang-orang Syiria mencintaimu.” Said mengomentari, “Itu mungkin karena aku suka menolong dan membantu mereka.” Namun, sebesar apapun cinta warga kota Homs terhadap Said, keluhan dan pengaduan tetap saja tidak dapat dielakkan, sekurang-kurangnya untuk membuktikan bahwa Homs masih tetap menjadi saingan berat bagi kota Kuffah di Irak. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar berkunjung ke Homs dan bertanya kepada penduduk yang sedang berkumpul tentang Said, “Bagaimana pendapat kalian tentang Said?”. Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi rupanya pengaduan itu mengandung berkah, sehingga dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang sangat menakjubkan. Dari kelompok yang mengadukan itu, Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu demi satu. Juru bicara kelompok tersebut maju dan mengatakan, “Kami mengeluhkan 4 perkara dari dirinya: 1. Ia tidak keluar untuk menemui kami hingga menjelang siang. 2. Ia tidak mau melayani orang pada waktu malam hari. 3. Setiap bulan ada 2 hari dimana ia tidak mau keluar untuk kami, sehingga kami tidak dapat menemuinya. 4. Ada satu hal lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya, tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan.” Umar tertegun sebentar dan memohon kepada Alloh, dengan ungkapan, “Ya Alloh, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu yang terbaik. Karena itu hamba berharap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset.” Said pun dipersilahkan untuk membela dirinya. Ia pun berkata, “Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tidak keluar hingga menjelang siang, demi Alloh, sebetulnya saya tidak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tidak punya pelayan, sehingga sayalah yang membuat adonan tepung dan membiarkannya sampai mengembang, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat Dhuha. Setelah itu, saya keluar menemui mereka.” Wajah Umar berseri-seri, dan berkata, “Alhamdulillah, dan mengenai yang kedua?” Said pun melanjutkan pembicaraannya, “Adapun tuduhan mereka bahwa saya tidak mau melayani mereka pada waktu malam, demi Alloh, saya sebenarnya tidak suka menyebutkan sebabnya. Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, sedangkan malam hari bagi Alloh Ta’ala. Keluhan mereka bahwa 2 hari setiap bulan saya tidak menemui, itu karena saya tidak punya pelayan yang akan mencuci pakaian, sedangkan saya tidak punya baju yang lain. Jadi, saya memanfaatkan hari itu untuk mencucinya dan menunggu sampai kering dan di akhir siang saya bisa menemui mereka.” “Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, itu karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan Khubaib Al-Anshari jatuh tersungkur. Tubuhnya disayat-sayat oleh orang-orang Quraisy, dan mereka menyeret tubuhnya sambil menanyakan kepadanya, ‘Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedangkan kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat?’, Khubaib menjawab, ‘Demi Alloh, aku tidak ingin tinggal dalam keselamatan dan kesenangan dunia bersama anak dan istriku, sementara Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam ditimpa bencana, walau hanya oleh tusukan duri sekalipun’. Setiap terkenang peristiwa yang aku saksikan itu, dan ketika itu aku masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa aku berpangku tangan dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong Khubaib, tubuhku gemetar karena takut siksa Alloh, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu”. Sampai disitu berakhirlah kata-kata Said, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang Shalih. Mendengar itu, Umar tidak mampu menahan rasa harunya, sehingga ia pun berseru karena sangat gembira, “Alhamdulillah, dengan taufik-Nya firasatku tidak meleset”. Ia lalu merangkul dan memeluk Said, serta mencium keningnya yang mulia dan bersinar cahaya. Petunjuk macam apakah yang telah diperoleh makhluk seperti ini? Guru seperti apakah sebenarnya Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam itu? Seperti apa sejatinya cahaya kitabulloh? Corak sekolah yang telah memberikan bimbingan dan meniupkan inspirasi manakah agama Islam ini? Dan, mungkinkah bumi dapat memikul di atas punggungnya jumlah yang cukup banyak dari tokoh-tokoh berkualitas demikian. Sekiranya mungkin, tentulah ia tidak disebut bumi atau dunia lagi, lebih tepat bila dikatakan surga firdaus. Sungguh ia telah menjadi firdaus yang telah dijanjikan Alloh! Dan karena firdaus itu belum tiba waktunya, maka orang-orang yang lewat di muka bumi dan tampil di arena kehidupan dari tingkat tinggi dan mulia seperti ini sangat sedikit dan jarang adanya. Said bin Amir salah seorang di antara mereka. Uang tunjangan dan gaji yang diperolehnya sangat besar, sesuai dengan kerja dan jabatannya, tetapi ia hanya mengambil untuk keperluan diri dan istri, sedangkan selebihnya dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga lain yang membutuhkannya. Suatu saat seseorang menasehatinya, “Manfaatkanlah kelebihan harta ini untuk melapangkan keluargamu sendiri dan family mertuamu!”. Ia pun menjawab, “Mengapa keluargaku dan family mertuaku saja yang harus lebih kuperhatikan? Demi Alloh, tidak! Aku tidak akan menjual keridhoan Alloh dengan kaum kerabatku”. Ia memang sudah sekian kali disarankan oleh orang lain, “Longgarkanlah nafkah untuk diri pribadi dan keluargamu, ambillah kesempatan untuk menikmati hidup!” Tetapi jawaban yang keluar hanyalah kata-kata yang senantiasa diulang-ulangnya, “Aku tidak ingin ketinggalan dari rombongan pertama, yakni setelah saya mendengar Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Alloh Azza wajalla akan menghimpun manusia untuk dihadapkan ke pengadilan. Kemudian datanglah orang-orang miskin yang beriman, berdesak-desakan maju ke depan tidak ubahnya bagai kawanan burung merpati, lalu ada yang berseru pada mereka, ‘Berhentilah kalian untuk menghadapi perhitungan!’ mereka menjawa, ‘Kami tidak punya apa-apa untuk diperiksa’. Alloh pun berfirman, ‘Hamba-hambaku itu benar’, lalu mereka masuk ke dalam surga sebelum orang-orang lain masuk”. Pada tahun 20 H Said bin Amir pulang ke rahmat Alloh, dengan lembaran yang paling bersih, hati yang paling suci, dan kehidupan yang paling cemerlang. Telah lama sekali rindunya terpendam untuk menyusul rombongan perintis. Hidupnya memang telah didedikasikan untuk memelihara janji dan mengikuti langkah mereka. Sungguh, rindunya tiada terkira untuk dapat menjumpai Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam yang menjadi gurunya, serta teman-temannya yang shalih dan suci. Sekarang ia akan menemui mereka dengan hati yang tenang, jiwa yang tenteram dan beban yang ringan. Ia tidak membawa atau meninggalkan beban dunia atau harta benda yang akan memberati punggung atau menekan bahunya. Tidak ada yang dibawanya kecuali kezuhudan, keshalehan, dan ketakwaan serta kebenaran jiwa dan budi baiknya. Semua itu adalah keutamaan yang akan memberatkan timbangan dan sekali-kali tidak akan memberatkan punggung. Keistimewaan tersebut dipergunakan oleh pemiliknya untuk menempatkan dunia di posisi yang rendah, sehingga tidak tergoyahkan oleh tipu daya dunia. Selamat bagi Said bin Amir Selamat baginya, baik selagi hidup maupun setelah wafatnya Selamat, sekali lagi selamat, atas riwayat dan segala kenangannya Selamat bagi para sahabat Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam, yang mulia, gemar beramal, dan rajin beribadah.

color:#0080FF'>Read More......

Futur, Gerah, Jenuh, Maen Game Dulu....

 

detikdotcom

Free Download

Photobucket

Penurun Berat Badan

Slimming.com
Natures Drugstore
PureAcaiBerry

Daftar Ziddu di Sini:

Internet Sehat

Web Hosting

Cari Orang

Search di Yahoo dapat Uang, daftar di sini:

Buruan Daftar

Mau Online dibayar dollar...? daftar di sini..

Free money making opportunity. Join Cashfiesta.com and earn cash.
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by miscah.blogspot.com