Selamat datang di Blog saya yang sederhana ini... berusahalah mencari dunia namun jangan melupakan yang menciptakan Dunia...

Kamis, 18 Oktober 2012

. Kamis, 18 Oktober 2012
0 komentar

SAID BIN AMIR (Pemilik Kebesaran Dibalik Kesederhanaan) Siapakah di antara kita yang mengenal nama Said bin Amir atau pernah mendengarnya sebelum ini? Kemungkinan besar banyak di antara kita yang mendengarnya walaupun tidak semuanya. Saya yakin bahwa kalian semua pasti menunggu dan bertanya-tanya, siapakah kiranya Said bin Amir ini? Beliau adalah salah seorang sahabat Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam yang utama, walaupun namanya tidak seharum nama mereka yang terkenal. Ia adalah salah seorang yang bertakwa dan tidak menonjolkan diri. Mungkin ada baiknya kita kemukakan di sini bahwa ia tidak pernah absen dalam semua perjuangan dan jihad yang dihadapi Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam. Tetapi itu telah menjadi pola dasar kehidupan semua orang Islam. Tidak selayaknya bagi orang yang beriman akan tinggal berpangku tangan dan tidak turut mengambil bagian dalam apa saja yang dilakukan Nabi Sholallohu 'Alaihi Wassalam baik saat damai maupun dalam suasana perang. Said memeluk agama Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Sejak ia memeluk Islam dan berbaiat kepada Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam, seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita-citanya dibaktikan untuk kepentingan Islam dan Rosulullah Sholallohu 'Alaihi Wassalam. Ketaatan, kezuhudan, kesalehan, keluhuran, ketinggian, serta segala sifat dan tabiat utama, sangat lekat pada diri manusia suci dan baik ini. Dan ketika kita berusaha menemui dan menjejaki kebesarannya hendaklah kita bersikap hati-hati dan waspada, agar kita tidak terlena oleh godaan pikiran yang selalu tertuju pada kemegahan, sehingga banyak hal penting yang justru terabaikan dan lepas dari pantauan, karena ketika pandangan kita tertuju pada Said dalam kumpulan orang banyak tidak tampak suatu keistimewaan yang akan memikat dan mengundang perhatian kita. Mata kita akan melihat dia sebagai salah seorang anggota tentara dengan tubuh berdebu dan berambut kusut, baik pakaian maupun bentuk lahirnya tidak sedikitpun berbeda dengan golongan miskin lainnya dari kaum muslimin. Seandainya yang kita jadikan ukuran itu pakaian dan tampilan luar, kita tidak akan menemukan petunjuk yang akan menyatakan siapa sebenarnya Said. Kebesaran tokoh ini lebih banyak yang tersembunyi dan berada di dalam daripada yang tersembul di permukaan luar yang kemilau. Kebesaran itu jauh tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya. Apakah anda sekalian tahu tentang mutiara yang terpelihara di dalam perut kerang? Nah, keadannya boleh diibaratkan seperti itu. Ketika Amirul Mukminin Umar bin Al Khatthab memberhentikan Mu'awiyyah dari jabatannya sebagai Kepala Daerah di Syiria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Cara yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya merupakan suatu cara yang mengandung kehati-hatian, ketelitian, dan pemikiran yang matang. Sebab, ia yakin bahwa kesalahan apapun yang dilakukan oleh setiap Penguasa di tempat yang jauh sekalipun maka yang ditanya oleh Alloh ialah 2 orang: pertama, Umar, dan yang kedua, penguasa baru yang melakukan kesalahan itu. Oleh sebab itu, syarat-syarat yang dipergunakan untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintah sangat berat dan ketat, serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna setajam penglihatan dan setembus pandangannya. Syiria ketika itu merupakan wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan di sana sebelum datangnya Islam, mengikuti peradaban yang silih berganti, di samping merupakan pusat perdagangan yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang. Beberapa poin inilah yang menjadikan Syiria sebagai negeri yang penuh godaan dan rangsangan. Menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan oleh setan manapun, seorang ahli zuhud yang gemar beribadah, yang tunduk dan patuh kepada Alloh. Tiba-tiba Umar berseru, “Aku telah menemukannya. Bawalah ke sini Said bin Amir!”. Tak lama kemudian, Said pun datang menjumpai Amirul Mukminin yang menawarkan jabatan sebagai Walikota Homs, Suriah. Tetapi Said menyatakan keberatan dan berkata, “Janganlah engkau menjerumuskan diriku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin!”. Dengan nada keras Umar menjawab, “Tidak, demi Alloh, aku tidak akan membiarkanmu menolak. Apakah kalian hendak membebankan amanah dan Khilafah di atas pundakku lalu kalian meninggalkan diriku begitu saja?”. Dalam sekejap Said dapat diyakinkan. Memang, kata-kata yang diucapkan Umar pantas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan itu. Sungguh, suatu hal yang tidak adil bila mereka mengalungkan amanah dan jabatan Khalifah ke lehernya, lalu mereka meninggalkan dirinya memikul tugas itu sendirian. Seandainya seorang seperti Said bin Amir menolak untuk memikul tanggung jawab hokum, siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang sangat berat itu? Akhirnya Said berangkat ke Homs disertai oleh istrinya yang waktu itu masih pengantin baru. Istrinya sejak belia memang terlihat sebagai seorang wanita yang sangat cantik berseri-seri. Umar membekali mereka dengan bekal yang cukup. Ketika kedudukan di Homs telah mapan, sang istri bermaksud menggunakan haknya sebagai istri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Ia mengusulkan kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumah tangga, lalu menyimpan sisanya. Namun, Said menjawab, “Maukah kamu aku tunjukkan yang lebih baik daripada rencanamu itu? Kita berada di suatu negeri yang sangat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan mengembangkannya.” “Bagaimana jika perdagangannya rugi?” Tanya istrinya. “Aku akan menetapkan jaminan atas dirinya” “Baiklah kalau begitu” Kemudian Said pergi keluar, lalu membeli beberapa keperluan hidup dari jenis yang sangat bersahaja dan sisanya tentu masih banyak, dibagi-bagikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Hari-hari pun berlalu, dari waktu ke waktu istri Said selalu menanyakan kepada suaminya soal perdagangan mereka dan kapan keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Said bahwa perdagangan mereka berjalan lancer, sedangkan keuntungan bertambah banyak dan kian meningkat. Suatu hari, istrinya kembali mengajukan pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Said pun tersenyum lalu tertawa yang menyebabkan timbulnya keraguan dan kecurigaan sang istri. Ia mendesak suaminya agar menceritakannya secara terus terang. Akhirnya, sang suami menuturkan kepadanya bahwa harta itu telah disedekahkannya sejak awal. Wanita tupun menangis, ia menyesal karena harta itu lenyap tanpa arti dan tidak jadi dibelikan keperluan hidup dirinya dan sekarang tidak sedikitpun yang tersisa. Said memandangi istrinya, sementara air mata penyesalan dan kesedihan telah menambah kecantikan dan kemolekannya. Sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi dirinya yang lemah. Said mengalihkan penglihatan batinnya ke surga, maka tampaklah di sana rekan-rekannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu berkata, “Aku mempunyai rekan-rekan yang telah lebih dulu menemui Alloh dan saya tidak ingin menyimpang dari jalan mereka, walau ditebus dengan dunia dan segala isinya.” Karena ia takut akan tergoda oleh kecantikan istrinya itu, ia pun menyampaikan kata-kata yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama istrinya. “Bukankah kamu tahu bahwa di dalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jeli, hingga andai seorang saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang benderanglah seluruhnya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan?... Maka mengorbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereka, tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengorbankan mereka demi karena dirimu.” Ia mengakhiri ucapan itu dalam keadaan tenang dan tenteram, tersenyum simpul dan pasrah sebagaimana ia berbicara sejak awal. Istrinya diam dan sadar bahwa tidak ada yang lebih utama baginya daripada meniti jalan kebahagiaan untuk akhirat. Akhirnya ia berupaya mencontoh sifat zuhud dan ketakwaan suaminya. Pada saat itu Homs digambarkan sebagai Kuffah kedua. Hal itu disebabkan sering terjadinya pembangkangan dan kedurhakaan penduduk terhadap para pembesar yang memegang kekuasaan. Dan karena kota Kuffah dianggap sebagai pelopor Islam soal pembangkangan ini, Homs diberi julukan sebagai Kuffah kedua. Tetapi, bagaimanapun gemarnya orang-orang Homs ini menentang pemimpin-pemimpin mereka sebagaimana yang kita sebutkan itu, namun terhadap hamba yang shalih ini yakni Said, hati mereka dibukakan Alloh, hingga mereka cinta dan taat kepadanya. Suatu hari Umar menyampaikan berita kepada Said, “Orang-orang Syiria mencintaimu.” Said mengomentari, “Itu mungkin karena aku suka menolong dan membantu mereka.” Namun, sebesar apapun cinta warga kota Homs terhadap Said, keluhan dan pengaduan tetap saja tidak dapat dielakkan, sekurang-kurangnya untuk membuktikan bahwa Homs masih tetap menjadi saingan berat bagi kota Kuffah di Irak. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar berkunjung ke Homs dan bertanya kepada penduduk yang sedang berkumpul tentang Said, “Bagaimana pendapat kalian tentang Said?”. Sebagian hadirin tampil ke depan mengadukannya. Tetapi rupanya pengaduan itu mengandung berkah, sehingga dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang sangat menakjubkan. Dari kelompok yang mengadukan itu, Umar meminta agar mereka mengemukakan titik-titik kelemahannya satu demi satu. Juru bicara kelompok tersebut maju dan mengatakan, “Kami mengeluhkan 4 perkara dari dirinya: 1. Ia tidak keluar untuk menemui kami hingga menjelang siang. 2. Ia tidak mau melayani orang pada waktu malam hari. 3. Setiap bulan ada 2 hari dimana ia tidak mau keluar untuk kami, sehingga kami tidak dapat menemuinya. 4. Ada satu hal lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya, tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan.” Umar tertegun sebentar dan memohon kepada Alloh, dengan ungkapan, “Ya Alloh, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu yang terbaik. Karena itu hamba berharap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset.” Said pun dipersilahkan untuk membela dirinya. Ia pun berkata, “Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tidak keluar hingga menjelang siang, demi Alloh, sebetulnya saya tidak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tidak punya pelayan, sehingga sayalah yang membuat adonan tepung dan membiarkannya sampai mengembang, lalu saya membuat roti dan kemudian wudhu untuk shalat Dhuha. Setelah itu, saya keluar menemui mereka.” Wajah Umar berseri-seri, dan berkata, “Alhamdulillah, dan mengenai yang kedua?” Said pun melanjutkan pembicaraannya, “Adapun tuduhan mereka bahwa saya tidak mau melayani mereka pada waktu malam, demi Alloh, saya sebenarnya tidak suka menyebutkan sebabnya. Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, sedangkan malam hari bagi Alloh Ta’ala. Keluhan mereka bahwa 2 hari setiap bulan saya tidak menemui, itu karena saya tidak punya pelayan yang akan mencuci pakaian, sedangkan saya tidak punya baju yang lain. Jadi, saya memanfaatkan hari itu untuk mencucinya dan menunggu sampai kering dan di akhir siang saya bisa menemui mereka.” “Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, itu karena ketika di Mekkah dulu saya telah menyaksikan Khubaib Al-Anshari jatuh tersungkur. Tubuhnya disayat-sayat oleh orang-orang Quraisy, dan mereka menyeret tubuhnya sambil menanyakan kepadanya, ‘Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedangkan kamu berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat?’, Khubaib menjawab, ‘Demi Alloh, aku tidak ingin tinggal dalam keselamatan dan kesenangan dunia bersama anak dan istriku, sementara Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam ditimpa bencana, walau hanya oleh tusukan duri sekalipun’. Setiap terkenang peristiwa yang aku saksikan itu, dan ketika itu aku masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa aku berpangku tangan dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong Khubaib, tubuhku gemetar karena takut siksa Alloh, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu”. Sampai disitu berakhirlah kata-kata Said, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang Shalih. Mendengar itu, Umar tidak mampu menahan rasa harunya, sehingga ia pun berseru karena sangat gembira, “Alhamdulillah, dengan taufik-Nya firasatku tidak meleset”. Ia lalu merangkul dan memeluk Said, serta mencium keningnya yang mulia dan bersinar cahaya. Petunjuk macam apakah yang telah diperoleh makhluk seperti ini? Guru seperti apakah sebenarnya Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam itu? Seperti apa sejatinya cahaya kitabulloh? Corak sekolah yang telah memberikan bimbingan dan meniupkan inspirasi manakah agama Islam ini? Dan, mungkinkah bumi dapat memikul di atas punggungnya jumlah yang cukup banyak dari tokoh-tokoh berkualitas demikian. Sekiranya mungkin, tentulah ia tidak disebut bumi atau dunia lagi, lebih tepat bila dikatakan surga firdaus. Sungguh ia telah menjadi firdaus yang telah dijanjikan Alloh! Dan karena firdaus itu belum tiba waktunya, maka orang-orang yang lewat di muka bumi dan tampil di arena kehidupan dari tingkat tinggi dan mulia seperti ini sangat sedikit dan jarang adanya. Said bin Amir salah seorang di antara mereka. Uang tunjangan dan gaji yang diperolehnya sangat besar, sesuai dengan kerja dan jabatannya, tetapi ia hanya mengambil untuk keperluan diri dan istri, sedangkan selebihnya dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga lain yang membutuhkannya. Suatu saat seseorang menasehatinya, “Manfaatkanlah kelebihan harta ini untuk melapangkan keluargamu sendiri dan family mertuamu!”. Ia pun menjawab, “Mengapa keluargaku dan family mertuaku saja yang harus lebih kuperhatikan? Demi Alloh, tidak! Aku tidak akan menjual keridhoan Alloh dengan kaum kerabatku”. Ia memang sudah sekian kali disarankan oleh orang lain, “Longgarkanlah nafkah untuk diri pribadi dan keluargamu, ambillah kesempatan untuk menikmati hidup!” Tetapi jawaban yang keluar hanyalah kata-kata yang senantiasa diulang-ulangnya, “Aku tidak ingin ketinggalan dari rombongan pertama, yakni setelah saya mendengar Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Alloh Azza wajalla akan menghimpun manusia untuk dihadapkan ke pengadilan. Kemudian datanglah orang-orang miskin yang beriman, berdesak-desakan maju ke depan tidak ubahnya bagai kawanan burung merpati, lalu ada yang berseru pada mereka, ‘Berhentilah kalian untuk menghadapi perhitungan!’ mereka menjawa, ‘Kami tidak punya apa-apa untuk diperiksa’. Alloh pun berfirman, ‘Hamba-hambaku itu benar’, lalu mereka masuk ke dalam surga sebelum orang-orang lain masuk”. Pada tahun 20 H Said bin Amir pulang ke rahmat Alloh, dengan lembaran yang paling bersih, hati yang paling suci, dan kehidupan yang paling cemerlang. Telah lama sekali rindunya terpendam untuk menyusul rombongan perintis. Hidupnya memang telah didedikasikan untuk memelihara janji dan mengikuti langkah mereka. Sungguh, rindunya tiada terkira untuk dapat menjumpai Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam yang menjadi gurunya, serta teman-temannya yang shalih dan suci. Sekarang ia akan menemui mereka dengan hati yang tenang, jiwa yang tenteram dan beban yang ringan. Ia tidak membawa atau meninggalkan beban dunia atau harta benda yang akan memberati punggung atau menekan bahunya. Tidak ada yang dibawanya kecuali kezuhudan, keshalehan, dan ketakwaan serta kebenaran jiwa dan budi baiknya. Semua itu adalah keutamaan yang akan memberatkan timbangan dan sekali-kali tidak akan memberatkan punggung. Keistimewaan tersebut dipergunakan oleh pemiliknya untuk menempatkan dunia di posisi yang rendah, sehingga tidak tergoyahkan oleh tipu daya dunia. Selamat bagi Said bin Amir Selamat baginya, baik selagi hidup maupun setelah wafatnya Selamat, sekali lagi selamat, atas riwayat dan segala kenangannya Selamat bagi para sahabat Rosulullah Sholallohu ‘Alaihi Wassalam, yang mulia, gemar beramal, dan rajin beribadah.

color:#0080FF'>Read More......

Selasa, 09 Februari 2010

ISTIGHFAR DAN TAUBAT (1)

. Selasa, 09 Februari 2010
0 komentar

Oleh
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
Bagian Pertama d
ari Dua Tulisan 1/2


Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua pembahasan.
Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat
Kedua : Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki.

Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan.
"Artinya : Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya".
Tetapi kalimat-kalimat diatas tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama -semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada mereka- telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan : "Dalam istilah syara', taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna" [Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata " tauba" hal. 76]
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf" [Riyadhus Shalihin, hal. 41-42]
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah " Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman Allah.
"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun" [Nuh : 10]
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta" [Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata "ghafara" hal. 362]


Kedua : Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan Al-Hadits menunjukkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rizki dengan karunia Allah Ta'ala. Dibawah ini beberapa nash dimaksud :
[1] Apa Yang Disebutkan Allah Subhana Wa Ta'ala Tentang Nuh Alaihis Salam Yang Berkata Kepada Kaumnya.
"Artinya : Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai". [Nuh : 10-12]
Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut ini dengan istighfar.
Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya : "Sesungghuhnya Dia adalah Maha Pengampun".
Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata "midraaraa" adalah (hujan) yang turun dengan deras. [Shahihul Bukhari, Kitabul Tafsir, surat Nuh 8/666]
Allah akan membanyakan harta dan anak-anak, Dalam menafsirkan ayat "wayumdid kum biamwalin wabanina" Atha' berkata : Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian" [Tafsir Al-Bagawi, 4/398. Lihat pula, Tafsirul Khazin, 7/154]
Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.
Imam Al-Qurthubi berkata : "Dalam ayat ini, juga yang disebutkan dalam (surat Hud : 3 "Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepada-Nya) adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rizki dan hujan". [Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula, Al-Iklil fis Tinbathil Tanzil, hal. 274, Fathul Qadir, 5/417]
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :" Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa menta'atiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk kalian)". [Tafsir Ibnu Katsir, 4/449]
Demikianlah, dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah Ta'ala.
Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi : "Bahwasanya Umar Radhiyallahu 'anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar Anda memohon hujan'. Maka ia menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih[1] langit yang dengannya diharapkan bakal turun hujan. Lalu beliau membaca ayat.
"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhamu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat".[Nuh : 10-11]. [Tafsir Al-Khazin, 7/154]

[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Dr. Fadhl Ilahi, dengan edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah hal. 7-18 terbitan Darul Haq, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc]
________
Fote Note
[1] Majadih bentuk tunggalnya adalah majdah yakni salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar Radhiyallahu 'anhu menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka memang menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan berarti Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang tersebut. [Tafsir Al-Khazin, 7/154]

Istighfar Dan Taubat 2/2
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata :"Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!".
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan :"Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar. [1]. Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.
"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai". [Nuh : 10-12] [2]
Allahu Akbar ! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar ! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Mahahidup dan terus menerus mengurus mahluk-Nya.
[2] Ayat Lain Adalah Firman Allah Yang Menceritakan Tentang Seruan Hud Alaihis Shalatu Was Sallam Kepada Kaumnya Agar Ber-istighfar.
"Artinya : Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". [Hud : 52]
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan : "Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman.
"Artinya : Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu" [Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51]
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadan-keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do'a. Amin, whai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
[3] Ayat Lain Adalah firman Allah.
"Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat". [Hud : 3]
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.

"Artinya : Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu". Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma adalah. 'Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada kalian'. [Zaadul Masiir, 4/75]
Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :"Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian". [Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229-230, Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi, 9/63]
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata :"Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan".[Adhwa'ul Bayan, 3/9]
[4] Dalil Lain Bahwa Istighfar Dan Taubat Adalah Diantara Kunci-Kunci Rizki
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya :Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah[3] niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka[4]".
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, Yang Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.

[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Dr. Fadhl Ilahi, dengan edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah hal. 7-18 terbitan Darul Haq, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc]
________
Fote Note
[1] [Tafsir Al-Khazin, 7/154. Lihat pula, Ruhul Ma'ani, 29/73]
[2] [Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz, 16/123]
[3] "Barangsiapa menetapi - dalam riwayat lain - tidak meninggalkan istighfar". Lihat, Sunan Abi Daud, 4/267, Sunan Ibni Majah, 2/339. Dan maknanya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Ath-Thayyib Al-Azhim Abadi yaitu saat terjadinya maksiat atau adanya ujian atau ada orang yang penyakitnya terus menerus, maka sungguh dalam setiap nafas ia membutuhkan kepadanya (istighfar dan taubat). Karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Beruntunglah orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya) istighfar yang banyak". (Hadist Riwayat Ibnu majah dengan sanad hasan shahih). [Aunul Ma'bud, 4/267]
[4] Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh tersebut adalah redaksi miliknya ; Sunan Abi Daud, Abwabu Qiyamil Lail, Tafri'u Abwabil Witr, Bab Fil Istighfar, no. 1515, 4/267 ; Kitabus Sunan Al-Kubra, Kitabu Amalil Yaumi wal Lalilah, no 10290/2,6/118 ; Sunan Ibni Majah, Abwabul Adab, Bab Al-Istighfar, no. 3864, 2/339 ; Al-Mustadrak 'alash Shahihain, Kitabut Taubah wal Inabah, 4/292. Sebagian ahli hadits menyatakan hadits ini dha'if karena salah satu periwayatnya (cacat). (Lihat, At-Talkhish, Al-Hafizd Adz-Dzahabi, 4/262 ; Aunul Ma'bud, 4/267 ; Dha'ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Al-Albani, hal. 149) Tetapi sanad hadits tersebut dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (Lihat, Al-Mustadrak, 4/262). Dan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir berkata : "Sanad hadits ini shahih" (Hamisy Al-Musnad, 4/55). Demikian sebagai jawaban atas apa yang dikatakan tentang salah seorang perawinya. Wallahu a'lam bish shawab.


color:#0080FF'>Read More......

Selasa, 19 Januari 2010

Metode Menghafal Qur'an

. Selasa, 19 Januari 2010
0 komentar

Bersama Mudhawi Ma'arif

I.  Pendahuluan 
Ada 3 prinsip (Three P) yang harus difungsikan oleh ikhwan/akhwat kapan dan dimana saja berada sebagai sarana pendukung keberhasilan dalam menghafal al qur'an. 3P (Three P) tersebut adalah:

1.   Persiapan (Isti'dad)
Kewajiban utama penghafal al-qur'an adalah ia harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halam dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal seperti:
a. Sebelum tidur malam lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara grambyangan (jangan langsung dihafal secara mendalam)
b.  Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi
c.  Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala.

2.  Pengesahan (Tashih/setor)
Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat satu halaman tersebu, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan antum kepada ustad/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, hendaknya penghafal melakukan hal-hal berikut:
a. Memberi tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa)
b. Mengulang kesalahan sampai dianggap benar uoleh ustad.
c. Bersabar untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan

3.  Pengulangan (Muroja'ah/Penjagaan)
Setelah setor jangan meninggalkan tempat (majlis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulang beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkannya


II.  Syarat Utama Untuk Memudahkan Hafalan 
1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah
2. Berniat mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadi hamba-hamba pilihanNya yang menjaga al-qur'an
3. Istiqomah sampai ajal musamma
4. Menguasai bacaan al-qur'an dengan benar (tajwid dan makharij al huruf)
5. Adanya seorang pembimbing dari ustad/ustadzah (al-hafidz/al-hafidzah)
6. Minimal sudah pernah khatam al-qur'an 20 kali (dengan membaca setiap ayat 5 kali)
7. Gunakan satu jenis mushaf al-qur'an (al-qur'an pojok)
8. Menggunakan pensil/bolpen/stabilo sebagai pembantu
9. Memahami ayat yang akan dihafal

III. Macam-macam Metode Menghafal 
A.  Sistem Fardhi
  Ikuti langkah ini dengan tartib (urut):
1. Tenang dan tersenyumlah, jangan tegang
2. Bacalah ayat yang akan dihafal hingga terbayang dengan jelas kedalam pikiran dan hati
3. Hafalkan ayat tersebut dengan menghafalkan bentuk tulisan huruf-huruf dan tempat-tempatnya
4. Setelah itu pejamkan kedua mata dan
5. Bacalah dengan suara pelan lagi konsentrasi (posisi mata tetap terpejam dan santai)
6. Kemudian baca ayat tersebut dengan suara keras (posisi mata tetap terpejam dan jangan tergesa-gesa)
7. Ulangi sampai 3x atau sampai benar-benar hafal
8. Beri tanda pada kalimat yang dianggap sulit dan bermasalah (garis bawah/ distabilo)
9. Jangan pindah kepada hafalan baru sebelum hafalan lama sudah menjadi kuat

Penggabungan ayat-ayat yang sudah dihafal
 
Setelah anda hafal ayat pertama dan kedua jangan pindah kepada ayat ketiga akan tetapi harus digabungkan terlebih dahulu antara keduanya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Bacalah ayat pertama dan kedua sekaligus dengan suara pelan lagi konsentrasi
2. Kemudian bacalah keduanya dengan suara keras lagi konsentrasi dan tenang
3. Ulangi kedua ayat tersebut minimal 3x sehingga hafalan benar-benar kuat. Begitulah seterusnya, pada tiap-iap dua tambahan ayat baru harus digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga terjadi kesinambungan hafalan
4. Mengulang dari ayat belakang ke depan. Dan dari depan ke belakang
5. Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup)
6. Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/ halaman/ juz sebelumya.

B.  Sistem Jama'i 
Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan:
a. Bersama-sama baca keras
b. Bergantian membaca ayat-an dengan jahri. Keika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.
Sistem ini dalam satu majlis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut:

 a.      Persiapan:
1. Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustad/ustadzah
2. Ustad/ Ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta
3. Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya sayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustad/ustadzah
4. Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustad/ustadzah untuk setor halaman baru dan muroja'ah hafalan lama
 b.      Setoran ke ustad/ ustadzah:
1. Muroja'ah: 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Muroja'ah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama
2. Setor hafalan baru:
a. Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama
b. Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk disebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri.
c. Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi.
3. Muroja'ah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3 x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan.
Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan hadir, maka ustad wajibmenggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz, halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustad hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.
 c.       Muroja'ah ditempat:
1. Kembali ketempat semula.
2. Mengulang bersama-sama seluruh bacaan yang disetorkan baik muroja'ah maupun hafalan baru, dengan sistem yang sama dengan setoran
3. Menambah hafalan baru bersama-sama untuk disetorkan pada pertemuan berikutnya
4. Jangan tinggalkan majlis sebelum mendapat izin ustad/ ustadzah.

IV. Keistimewaan sistem jama'i
1. Cepat menguasai bacaan al-qur'an dengan benar
2. Menghilangkan perasaan grogi dan tidak PD ketika baca al-qur'an didepan orang lain
3. Melatih diri agar tidak gampang tergesa-gesa dalam membaca
4. Mengurangi beban berat menghafal al-qur'an
5. Melatih untuk menjadi guru dan murid yang baik
6. Menguatkan hafalan lama dan baru
7. Semangat muroja'ah dan menambah hafalan baru
8. Meringankan beban ustad
9. Kesibukannya selalu termotivasi dengan al-qur'an
10. Mampu berda'wah dengan hikmah wa al-mau'idhah al-hasanah
11. Siap untuk dites dengan sistem acakan
12. Siap menjadi hamba-hamba Allah yang berlomba menuju kebaikan

V.   Jaminan
1.     Hafalan al-qur'an lanyah dan lancar dalam masa tempo yang sesingkat-singkatnya
2.     Sukses dan bahagia di dunia dan akhirat
3.     Pilihan Allah dan memperoleh surga 'adn diakhirat nanti (surah fatir: 23-24)

VI.   Metode Muroja'ah (Pengulangan dan penjagaan fardhi atau jama'i)
Ayat-ayat al-qur'an hanya akan tetap bersemayam didalam hati utu al-'ilm jika ayat-ayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimuroja'ah. Berikut ini cara muroja'ah:
1. Setelah hafal setengah juz/satu juz, harus mampu membaca sendiri didepan ustad/ustadzah dan penampilan.
2. Setiap hari membaca dengan suara pelan 2 juz. Membaca dengan suara keras (tartil) minimal 2 juz setiap hari.
3. Simakkan minimal setengah juz setiap hari kepada teman/murid/jama'ah/istri/suami dst
4. Ketika lupa dalam muroja'ah maka lakukan berikut ini:
Ø Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu
Ø Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf dan
Ø Catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa dengan ayat lain)  maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah)

color:#0080FF'>Read More......

Penyembuhan Luka Batin Bagi Orang Dewasa

.
0 komentar

Oleh  Ubaidilah, AN
Jakarta, 13 Mei 2005

Di dunia ini banyak pilihan yang tampak benar oleh kita tetapi terkadang lupa kita pikirkan manfaat dan ruginya, padahal tidak semua pilihan yang tampak benar itu bermanfaat pula buat kita. Contoh paling dekat di sini, misalnya saja kita pernah terkena pukulan dahsyat oleh keadaan buruk masa lalu yang di luar kontrol kita sampai membuat kita ambruk, terkapar dan benar-benar gelap.
Hal yang paling pantas untuk dikatakan adalah kira-kira bahwa pukulan dahsyat demikian memang benar membuat orang mengalami luka batin serius, trauma, frustasi, distress, atau paling kecilnya adalah bingung dan merasa tak berdaya. Meskipun pilihan ini sepertinya tampak benar dan tampak wajar (manusiawi) oleh kita, namun jika ini berlanjut dalam kurun waktu yang lama, apalagi kita abadikan dalam ruang batin kita, maka yang menjadi masalah bukan benar-salah, melainkan apa untungnya dan apa ruginya buat kita.
Karena dunia yang memukul kita itu tampaknya tak menaruh peduli dengan untung-ruginya kita dengan pilihan kita, maka di sinilah perlunya kita memikirkan pilihan (response) yang menggunakan pertimbangan manfaat dan kerugian bagi kita (advantage annd disadvantage), bukan semata-mata menggunakan pertimbangan salah-benar (right and wrong) menurut versi kita berdasarkan ke-manusiawi-an kita.
Pertimbangan demikian sangat kita butuhkan agar kita tidak menjadi orang yang menderita “double trouble” (kesulitan ganda) oleh keadaan-buruk yang memang sudah nyata-nyata memberikan “trouble” buat kita. Syukur-syukur kita bisa menjadi orang yang lebih tercerahkan gara-gara kita pernah mengalami kegelapan. Syukur-syukur kita menjadi orang yang lebih kuat gara-gara pernah dibikin tak berdaya oleh pukulan buruk.

Hambatan Batin
Secara umum bisa dikatakan bahwa sebetulnya tidak satupun orang yang menginginkan dirinya menderita “double trouble” akibat adanya trouble, dibikin menjadi gelap oleh kegelapan, dibikin menjadi semakin menderita oleh penderitaan. Kita semua menginginkan terbit terang setelah gelap, solusi setelah problem, dan seterusnya.
Keinginan demikian tentu sudah baik dan benar, hanya saja terkadang ada hal-hal di dalam batin kita yang bisa menghambat terwujudnya keinginan itu dan tidak segera kita singkirkan. Akhirnya, bukan yang kita inginkan yang kita dapatkan. Di antara hal-hal yang perlu kita singkirkan sesuai kemampuan kita dan secara bertahap adalah:


1.      Kebenaran-egoisme
Begitu kita menjadikan pilihan untuk ambruk, frustasi, dan trauma itu sebagai satu-satunya jawaban yang paling benar di dunia ini dan tak ada lagi jawab lain, maka pengetahuan, pengalaman, dan kesadaran kita kalah, alias tak berguna, dan lumpuh total.
Pengetahuan memang sumber petunjuk, pengalaman memang guru, dan kesadaran memang pemberi peringatan (reminders), namun ini masih koma, belum titik. Pengetahuan kita akan menunjukkan kita apabila kita mau menerima petunjuknya, pengalaman akan menjadi guru apabila kita belajar kepadanya, dan kesadaran akan menjadi reminder apabila kita mendengarkannya.
Selama yang menang di dalam batin kita adalah kebenaran-egoisme itu, maka sulit rasanya kita bisa memenuhi persyaratan-persyaratan di atas. Kita akan tetap memilih bertahan menjadi orang yang frustasi dan trauma oleh keadaan buruk meskipun sudah datang kepada kita instruksi untuk bangkit dari pengetahuan, pengalaman dan kesadaran dari dalam diri kita dan dari orang lain yang datang kepada kita.
Sedemikian perkasanya kebenaran-egoisme itu berkuasa di benak kita, maka paslah jika kemudian doktrin Samurai mengajarkan: winning first than fighting”(Taklukkkan nafsumu lebih dulu baru bertempur). Doktrin militer mengajarkan: “be warrior than soldier” (jadilan jagoan lebih dulu baru bergabung menjadi pasukan tempur). Jan Christian Smuts mengingatkan: “Orang tidak kalah oleh lawannya melainkan kalah oleh dirinya.
2.      Ikut umumnya orang
Tidak selamanya mengikuti “kebenaran umum” itu menguntungkan buat kita. Memang benar kita pantas menjadi orang frustasi ketika kita pernah dihantam oleh pukulan buruk masa lalu. Karena ini berpotensi memperburuk diri kita, maka dibutuhkan pikiran kreatif untuk keluar dari penjara kebenaran umum demikian. Ikut-ikutan pada apa yang umumnya dipilih dan dilakukan oleh orang banyak (conformity) seringkali menghalangi kreativitas kita. Kreativitas adalah kemampuan kita untuk memunculkan pikiran-pikiran yang berbeda dari hal-hal yang sama atau yang sudah ada untuk menghadirkan sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat buat kita. Bahkan tidak selamanya mengikuti keumuman orang itu berarti mengikuti kebenaran, karena tidak selamanya kebenaran itu ditandai dengan banyaknya yang melakukan. Karena itulah, ajaran leluhur kita melarang “taklid-buta” (ikut-ikutan tanpa akal). Kita disuruh untuk mengabadikan warisan yang masih baik dan disuruh untuk menciptakan hal baru yang lebih baik, lebih unggul dan lebih bermanfaat. Maka dari itu kita dilarang untuk taklid buta tapi diharuskan untuk Ittiba.
3.      Kesimpulan salah
Salah di sini bukan punya pengertian dosa atau pelanggaran hukum, melainkan salah yang lebih punya pengertian tidak sejalan dengan realita yang bekerja dalam praktek hidup kita. Di antara bentuk kesimpulan yang salah itu adalah ketika kita menegaskan bahwa keadaan akan memberikan ciuman kepada kita setelah memberikan pukulan buruk atau keadaan akan mengubah diri kita menjadi jauh lebih baik setelah ia pernah memberikan pukulan buruk.
Di mana letak kesalahan itu? Umumnya, keadaan akan memberikan piala kemenangan setelah kita menjadi orang yang menang melawan hawa nafsu kita. Biasanya, keadaan akan memberikan perlakuan baik setelah kita lebih dulu memperbaiki diri kita Seringkali keadaan tak menaruh belas kasihan kepada kita yang membiarkan diri kita dibikin buruk oleh keadaan buruk. Pepatah kita memberi isyarat, tangga itu menimpa orang yang sudah jatuh.
Mungkin, berdasarkan kebiasaan keadaan yang seperti itu, maka Washington Irvin mewasiatkan pesan agar kita jangan sampai dibikin kerdil oleh nasib buruk. "Orang kalah hidupnya dibikin tak berdaya oleh nasib buruk sementara orang menang mengalahkan nasib buruk"
Kalau kita merujuk pada rekomendasi yang dikeluarkan oleh Heike Schmidt-Felzmann (Create Winning Thought By Changing Self-Talk: 2002) dari studinya terhadap sejumlah atlet, kesimpulan kerdil itu bisa mempengaruhi performance atlet di lapangan. Karena itu, ia menyarankan:
§         Hindari unek-unek batin yang menggiring anda pada kekhawatiran, ketakutan dan kegoncangan.
§         Hindari unek-unek yang mengajak anda memikirkan kekalahan, kegagalan dan kesengsaraan masa lalu, tataplah masa depan, namun jangan lupakan masa lalu karena itu yang bisa membuat kita jadi seperti sekarang ini, jika masa lalu buruk maka jadikanlah itu sebagai pelajaran dan bahan untuk membentengi kita dari kesombongan terhadap kebaikan kita yang sekarang, jika masa lalu kita baik, maka jadikanlah itu sebagai penyemangat kita untuk lebih baik lagi, dulu saya bisa mendapat nilai A kenapa sekarang ga...
§         Hindari unek-unek batin yang mengajak anda meyakini adanya takhayyul yang tidak-tidak, seperti misalnya: "Jika saya kalah dalam pertandingan ini, maka habislah riwayat saya.", “hindari zodiak-zodiak, karena kebanyakan hal itu hanya merupakan takhayul atau ramalan belaka yang tidak pasti benar, bahkan banyak salahnya dan banyak menyebabkan pikiran kita menjadi sempit, padahal dunia ini luas”
§         Hindari unek-unek yang mengajak anda untuk memfokus pada peluang kekalahan, masalah, problem, kesulitan, hambatan dan seterusnya. Seperti yang dipesankan Anthony Robbins: "Gunakan 10 % waktu anda untuk memikirkan masalah dan gunakan yang 90 % untuk memikirkan solusi."
§         Atasi munculnya stress dengan cara yang positif. Saran Dr. Denis Waitley, cara positif untuk mengatasi stress adalah: a) jangan mengubah sesuatu yang sudah tidak bisa diubah lagi, seperti masa lalu, dan lain-lain, b) ubahlah apa yang masih bisa anda ubah dengan cara melakukan sesuatu, seperti misalnya menggunakan hari ini seoptimal mungkin, dan c) hindarkan diri anda melakukan sesuatu yang akibatnya bisa membuat anda stress di masa depan, seperti misalnya membiarkan hari ini tanpa melakukan apapun.

Pembelajaran
Di bawah ini adalah sebagian dari sekian hal yang bisa kita pilih sebagai proses pembelajaran-diri agar kita tidak dengan mudah dibikin menjadi semakin buruk oleh pukulan buruk, dibikin ambruk selamanya oleh pukulan buruk yang membuat kita roboh. Kalah itu biasa, roboh itu biasa tetapi yang luar biasa buruknya buat kita adalah putus asa, patah harapan, trauma abadi, dan semisalnya. Hal-hal yang bisa kita lakukan itu antara lain:
1. Belajar mengontrol diri (self control)
Kontrol-diri adalah kemampuan kita untuk menjaga diri kita dengan cara melakukan dua hal:
§ Latihan menyuruh diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat /membawa keuntungan buat kita. Kalau batin kita sedang gelap akibat pukulan, maka kitalah yang harus berlatih meyuruh diri sendiri untuk mencerahkannya dengan misalnya melakukan hal-hal positif, mengodpsi pikiran-pikiran positif, dan seterusnya.
§ Latihan melarang diri sendiri agar tidak melakukan hal-hal yang akan membawa kerugian buat kita. Sedikit demi sedikit, belajarlah melarang diri sendiri agar tidak cepat larut, agar tidak larut berkepanjangan, dan sedikit demi sedikit melarang diri sendiri supaya tidak melawan petunjuk pengetahuan, pengalaman dan kesadaran kita.
Belajar mengontrol diri akan membuka peluang untuk menang melawan keperkasaan nafsu egoisme kita. Kitalah yang mengangkat diri kita untuk menjadi pengambil keputusan, penguasa, dan penentu langkah kita.
2. Jadikan “Defining moment”
Sebetulnya semua orang pernah mendapatkan pukulan buruk dari keadaan yang diluar kontrol kita, terlepas adanya perbedaan kadar dan jenis. Apa yang akhirnya sering menjadi pembeda adalah, di sana ada orang yang menjadikan pukulan buruk itu sebagai defining moment untuk melakukan perubahan-diri ke arah yang lebih baik dan di sana ada orang yang membiarkan dirinya terbawa arus pukulan buruk. Memilih yang pertama akan membuat kita menjadi orang yang mendapatkan untung dari keadaan dalam bentuk trasformasi-diri: dari buruk ke baik, dari kalah ke kuat, dan dari gelap ke cerah. Karena itulah kita perlu belajar menjadikan pukulan-pukulan buruk, dari mulai yang terkecil, sebagai momen untuk menentukan perubahan ke arah yang lebih baik, apapun bentuknya, dan seberapapun besarnya. Dengan memiliki perasaan baik terhadap diri kita, terhadap keadaan yang melingkupi kita akan membuat kita bisa memilih tindakan-tindakan baik (ikhtiar). Memilih tindakan yang baik terhadap peristiwa buruk yang menimpa kita akan menjadi alasan bagi Tuhan untuk menghadirkan balasan yang bagus buat kita. Hal ini akan berbeda dengan ketika kita membiarkan pukulan buruk itu berlalu begitu saja, atau mengumpatnya dengan ledakan-ledakan negatif yang tidak berujung pada lahirnya tindakan-tindakan positif dari kita. Sepertinya, ini tidak ada transformasi-diri dan tidak ada pencerahan-diri dari kita. Kita menjadi lebih bijak bukan karena kita pernah terkena pukulan buruk. Kita menjadi bijak karena kita menghayati pukulan itu. Sepertinya ada kesamaan antara menu makanan dan pelajaran yang ditawarkan oleh praktek hidup ini. Yang menentukan bukan masalah sedikit banyaknya makanan yang kita masukkan ke mulut kita, melainkan makanan yang sanggup dicerna oleh diri kita.
3. Belajar memperbaiki sistem solusi
Kalau seseorang tidak punya uang, maka solusi yang tersedia di depannya adalah: dari mulai mencuri, menipu, korupsi, berhutang, bekerja, berdagang, berbisnis, dan seterusnya. Meskipun semua itu bisa dikatakan solusi dalam pengertian peng-akhir masalah, tetapi yang berbeda adalah, ada solusi sementara dan ada solusi yang benar-benar solusi. Ada solusi yang menjadi awal masalah dan ada solusi yang menjadi akhir masalah. Inilah gambarannya. Begitu juga dengan masalah atau pukulan-pukulan buruk yang menghantam kita setiap saat yang tak terduga-duga. Memang benar, bahwa selama kita masih ditakdirkan hidup pasti di sana tidak ada masalah atau pukulan yang akan membuat kita mati. Pasti di sana ada solusi, peng-akhir. Bahkan kita biarkan pun terkadang berjalannya waktu akan ikut andil untuk menyelesaikannya. Karena yang kita inginkan adalah selalu menjadi yang lebih baik, maka di sinilah kita perlu memperbaiki sistem yang kita anut dalam menyelesaikan masalah dan pukulan yang kedatangannya tanpa diundang. Kita bisa memperbaikinya dengan cara:
§ Menaikkan kecepatan dalam menarik diri
§ Menaikkan kualitas (efektif / efisien)
§ Menaikkan kuantitas tindakan positif yang kita munculkan
Dan masih banyak lagi jurus-jurus yang bisa kita tempuh, selama kita menggunakan pendekatan penyembuhan luka batin bagi orang dewasa. (e-psikologi.htm)  

color:#0080FF'>Read More......

Futur, Gerah, Jenuh, Maen Game Dulu....

 

detikdotcom

Free Download

Photobucket

Penurun Berat Badan

Slimming.com
Natures Drugstore
PureAcaiBerry

Daftar Ziddu di Sini:

Internet Sehat

Web Hosting

Cari Orang

Search di Yahoo dapat Uang, daftar di sini:

Buruan Daftar

Mau Online dibayar dollar...? daftar di sini..

Free money making opportunity. Join Cashfiesta.com and earn cash.
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by miscah.blogspot.com